Hukum mencela makanan

Kita sering merasa makanan yang kita makan terlalu manis, lalu berkata "Siapa ini yang membuatnya ?! tidakkah bisa ditambah lebih banyak gula lagi !" bila merasa terlalu asin "Ini masakan terlalu Asin ! Aku tidak menyukainya !." atau kalimat-kalimat sejenis yang mencela makanan.

Baik direstoran, dirumah atau dimanapun kita, kita merasa bahwa perlu untuk mengutarakan rasa dari makanan yang kita dapat. Terlebih, bila kita menyaksikan acara-acara kompetisi masak hampir tidak mungkin para juri mencela makanan para kontestan. Namun, pernahkah terpikirkan apakah boleh mencela makanan bahkan dengan tujuan untuk mencari koki terbaik, atau mengutarakan hak kita ?

Ternyata Rasulullah melarang kita untuk mencela makanan.

Imam Nawawi membawakan dalam kitab Riyadhus Sholihin mengenai tidak bolehnya mencela makanan dan disunnahkan memujinya.
Beliau bawakan dua hadits dari Abu Hurairah dan Jabir berikut ini :

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela suatu makanan sedikit pun. Seandainya beliau menyukainya, beliau menyantapnya. Jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya (tidak memakannya).” [HR. Bukhari no. 5409 dan Muslim no. 2064]

Lihatlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan cara bagaimana menghadapi makanan yang tidak kita sukai, yaitu dengan ditinggalkan. (Bahjatun Nazhirin, 2: 51)

Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Inilah adab yang baik kepada Allah Ta’ala. Karena jika seseorang menjelek-jelekkan makanan yang tidak disukai, maka seolah-olah dengan ucapan jeleknya itu, ia telah menolak rizki Allah.” (Syarh Al Bukhari, 18: 93)

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Makanan dan minuman yang dinikmati ketika disodori pada kita, hendaklah kita tahu bahwa itu adalah nikmat yang Allah beri. Nikmat tersebut bisa datang karena kemudahan dari Allah. Kita mesti mensyukurinya dan tidak boleh menjelek-jelekkannya. Jika memang kita suka, makanlah. Jika tidak, maka tidak perlu makan dan jangan berkata yang bernada menjelek-jelekkan makanan tersebut.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 4: 199)

Namun tidak mengapa jika memberi kritikan pada yang masak, misalnya dengan berkata, “Hari ini masakanmu terlalu banyak garam, terlalu pedas atau semacam itu.” Yang disebutkan ini bukan maksud menjelakkan makanan, namun hanyalah masukan biar dapat diperbaiki.

Wallahu A'lam Bishowab. [Alislamedia]

Post a Comment

Al Islam Media

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgljJARdMZpNnkJCqNjmnjBFqXXRUvhDEDdaB-BTUTDN8HBFktwFAn2fMOWUNaF67ck4h5aUZomR2kf8r1LktJpBYC0crazQJ7rtix8-fAnmv_68MqtqQLe7A_KrA6JZ3rYLzfvFn0vS88/s1600/logo-Normal.jpg} Alislamedia adalah sebuah website yang dibangun dengan tujuan untuk berdakwah dijagad maya dengan ajaran yang sesuai dengan Ahlu Sunnah Wal Jamaah. {facebook#https://www.facebook.com/Al-Islam-Media-951541374980584/} {twitter#https://twitter.com/alislamedia} {google#https://plus.google.com/112566233403143663912}
Powered by Blogger.