Beliau adalah salah seorang imam Ahlus Sunnah abad ini, yang mengorbankan seluruh hidupnya demi mengabdikan diri kepada Allah, seorang laki-laki agung yang namanya telah memenuhi cakrawala. Beliau tidak saja dikenal sebagai seorang ulama ahli hadits, akan tetapi beliau juga sala seorang diantara barisan para ulama yang mendapat predikat sebagai pembaharu Islam (Mujaddid al-Islam).
Nama, Kelahiran dan pertumbuhan Syaikh Al-Albani
Beliau adalah Muhammad Nashiruddin bin Nuh, dikenal dengan kunyah Abu Abdurrahman. Beliau lahir tahun 1914 Masehi di tengah sebuah keluarga yang sangat sederhana dan sibuk dengan ilmu agama, di ibu kota Albania. Bapanya, Haji Nuh adalah seorang ulama besar Albania kala itu; yang pernah menuntut ilmu di istambul, turki, kemudia kembali ke Albania untuk mengajarkan ilmu dan berdakwah.
Lingkungan keluarga yang menaungi Syaikh al-Albani ketika masih kanak-kanak, penuh dengan cahaya Islam, yang tampak sangat terjaga dalam setiap sisi.
Hijrah demi melindungi Agama
Ketika Ahmad Zogo menjadi raja Albania, dia mulai melancarkan berbagai perubahan aturan sosial yang revolusioner bagaikan hantaman hebat yang menggoncangkan pondasi-pondasi lingkungan Islam tersebut, karena tindakan yang dilakukan oleh raja Ahmad Zogo tersebut sama dengan yang dilakukan oleh thagut turki, Musthafa Ataturk; dimana para wanita Albania diharuskan menanggalkan hijabnya, sehingga rangkaian fitnah dan malapetaka pun tak dapat dihindarkan. Sejak saat itu, mulailah kaum muslimin yang mengkhawatirkan agama mereka, berhijrah ke berbagai negeri. Termasuk diantara yang paling pertama hijrah adalah keluarga Syaikh Haji Nuh, yang membawa agama dan kelularganya ke Suriah. Termasuk didalamnya, sang Imama kecil, Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
Al-Albani mulai menuntut Ilmu
Di Damaskus, lelaki kecil Muhammad Nashiruddin mulai menimba ilmu dengan mempelajari bahasa Arab di madrasah Jami'iyah al-Is'af al-Hairi. Disanalah beliau mulai menapaki dunia ilmu dan kemudian mendaki kemuliaan sebagai seorang alim.
Orang pertama yang menanamkan pengaruhnya adalah bapaknya sendiri, Haji Nuh, yang merupakan salah seorang ulama madzhab hanafi kala itu. Dan untuk mbeberapa lama beliau mengikuti Taqlid Madzhabi yang diajarkan bapaknya. Akan tetapi hidayah Allah selalu datang kepada orang yang dikehendaki kebaikan pada dirinya oleh Allah. Dan kemudian beliau muncul sebagai seorang yang tidak terkekang oleh madzhab tertentu.
Begitulah al-Albani muda ini muncul sebagai seorang pemuda yang unggul dalam kajian hadits, yang pindan dari satu majelis pengajian ke majelis lainya demi menimba ilmu.
Semua sepak terjang beliau dalam mencari ilmu tadi, berbarengan dengan kehidupan beliau yang sangat pas-pasan. Sehingga untuk menunjang kebutuhan sehari-hari, beliau bergelut sebagai seorang tukang servis jam, dan beliau dikenal sangat ahli dalam pekerjaan tersebut. Dan semua itu sama sekali tidak menghalangi beliau untuk menjadi seorang alim yang besar dikemudian hari.
Menjadi guru besar di Universitas Islam Madinah
Berkat jerih payah dan keuletan sang imam dan tentu taufik dari Allah, sejumlah karya tulis beliau mulai terbit dari tangan beliau dalam berbagai disiplin ilmu, seperti fiqih, aqidah dan lainya, terlebih dalam ilmu hadits yang memang merupakan spesifikasi beliau; yang menunjukan kepada dunia ilmiah, luasnya ilmu yang telah Allah anugerahkan kepada beliau; berupa pemahaman yang shahih, ilmu yang luas, dan kajian yang dalam tentang hadits, dari berbagai sisinya. Ditambah lagi dengan manhaj beliau yang lurus, yang menjadikan Al-Quran dan as-sunnah sebagai tolak ukur dan dasar dalam segala sesuatu. Semua itu menjadikan sang Imam muncul sebagai sosok yang fenomenal, menjadi rujukan ahli ilmu dan dengan cepat keutamaan yang ada pada diri beliau dikenal oleh berbagai kalangan .Maka ketika Universitas Islam Madina mulai dirintis, yang dipelopori oleh Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Ibrahim Alu asy-syaikh, yang saat itu adalah langsung menjadi pilihan menjadi guru besar bidang studi Hadits disana.
Disana sang Imam sempat mengajar, dengan berbagai suka dan duka, selama tiga tahun. Dalam masa-masa itu, beliau adalah figur dan telada dalam keuletan, kesungguhan dan keikhlasan mengabdi, sampai seringkali, pada waktu istirahat diantara mata pelajaran, beliau ikut serta duduk ditengan para mahasiswa diatas pasir demi menjawab pertanyaan dan berdiskusi dengan murid-murid beliau.
Beliau adalah seorang yang sangat rendah hati, sehingga ditengah para mahasiswanya, beliau bagaikan sebuah seorang diantara mereka. Tak heran bila mobil pribadi beliau yang sangat sederhana selalu dipenuhi oleh para murid. Murid beliau yang selalu ingin mengambil faidah dari beliau. Kedekatan dan keakraban beliau dengan para mahasiswa dan ketergantungan mereka pada beliau, adalah bukti bahwa pengajaran-pengajaran beliau memang menuai berkah disana.
Diantara kenangan dan berkah yang masih tersisa sampai saat ini di Universitas Islam Madina adalah metodologi kuliah yang beliau sampaikan dalam sub disiplin "Ilmu Isnad". Beliau mengajarkan bidang ini dengan metode, memilih hadits dari shahih Muslim misalnya, lalu menuliskanya dipapan tulis, lengkap dengan sanad. Berikutnya beliau membawa kitab-kitab biografi rawi-rawi hadits, lalu menjelaskan kepada para mahasiswa tentang metodologi kritik rawi dan metodologi takhrij hadits, serta segala hal yang berkaitan denganya.
Pengajaran ilmu Isnad yang dirintis oleh beliau ini, menempatkan sosok beliau sebagai guru paling pertama menetapkan sub disiplin ini sebagai mata pelajaran di perguruan tinggi, dan itu paling pertama di Dunia. Dan ketika sang Imam menigngalkan Universitas Islam Madinah untuk menetap di Yordania, metodologi pengajaran ini terus dijalankan para dosen yang menggantikan beliau.
Post a Comment